Minggu, 04 November 2012

MELIHAT LEBIH DEKAT DEMA


Sebagian mahasiswa menganggap perannya hanya mengerjakan tugas kuliah, belajar, dan duduk manis di kelas sembari memperhatikan penjelasan dosen. Jika mendapatkan Indeks Prestasi (IP) yang tinggi, maka akan menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Hal itu kelak akan berguna ketika bersaing di dunia kerja, namun juga ada mahasiswa yang beranggapan nilai tidaklah begitu penting. Ilmu dapat diperoleh dimanapun, salah satunya melalui kegiatan-kegiatan diluar perkuliahan. Oleh karenanya, beberapa mahasiswa memlilih mengikuti organisasi-organisasi kemahasiswaan sebagai ajang peningkatan softskill dan juga penambah pengalaman.


Mahasiswa yang masuk DEMA akan dianggap sebagai mahasiswa yang ‘tak biasa’. Bisa dalam artian positif atau bahkan sebaliknya. Selama ini DEMA dikenal tidaklah lebih dari kumpulan mahasiswa yang hanya membicarakan politik dan “berinvestasi” kekuasaan masa depan dengan ikut aktif dalam gerakan mahasiswa. Bahkan rendah daripada itu, DEMA adalah sekumpulan suara lantang “hidup mahasiswa!” tak berguna, yang hanya membuat kerusuhan dijalan-jalan.


Namun dibalik itu semua ada sisi lain yang tak banyak orang mengerti. Masuk lembaga eksekutif tersebut adalah sebuah pilihan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fungsi dari Dewan Eksekutif Mahasiswa pada umumnya. Pertama bidang yang mengurusi internal dari fakultas maupun universitas dimana DEMA tersebut bernaung. Biasa dikategorikan bagian dalam negeri. Tujuan utamanya adalah kesejahteraan mahasiswa. Bidang ini juga berfungsi sebagi jembatan seluruh sivitas akademika. Mulai dari Organisasi Mahasiswa (Ormawa), Dosen, Karyawan, Birokrat dan juga mahasiswa itu sendiri.


Setelah internal, kita beranjak pada bidang yang mengurusi eksternal lembaga. Bidang ini biasa disebut bagian luar negeri. Tentunya sering kita melihat aksi-aksi mahasiswa yang turun kejalan. Sekadar melakukan orasi, pengumpulan dana, maupun kegiatan-kegiatan sosial yang dilakuan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Masih ingat bukan gerakan mahasiswa 1965 pada saat Orde Lama, peristiwa malapetaka 15 Januari 1974, sampai dengan runtuhnya rezim Orde Baru. Hal tersebut adalah salah satu aksi nyata mahasiswa yang dikenal sebagai agent of change.


Bagian luar negeri juga berperan untuk mencari link dalam rangka menjalin hubungan dengan organisasi lain. Di beberapa Dewan Eksekutif Mahasiswa, hubungan dengan instansi, lembaga, maupun organisasi-
organisasi eksternal juga dilakukan oleh Hubungan Masyarakat (Humas).


Selanjutnya ada bidang yang berfungsi pada peningkatan skill mahasiswa. Contohnya Divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM), yang diantaranya bergerak pada iklim keilmiahan. Selain itu PSDM juga ada yang mengutamakan pada kemampuan pengembangan minat bakat internal maupun eksternal anggota.
Bertolak pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat, maka DEMA juga membentuk bidang yang menangani program ini. Beberapa meletakannya dalam program kerja luar negeri. Namun ada pula yang terpisah, umumnya bernama Pengabdian Masyarakat ataupun Sosial Masyarakat. Sudah dapat ditebak bahwa ranahnya pada hal-hal yang berbau sosial. Program kerjanya diantaranya mengadakan 

penggalangan dana, Dusun binaan (Dusbin), dan juga bakti sosial.


Beberapa bidang juga dibentuk dalam rangka mencerdaskan mahasiswa melalui kajian dan diskusi. Dengan harapan terciptanya mahasiswa yang memiliki jiwa kritis, idealis, solutif, dan aplikatif sebagaimana perannya sebagai kaum intelektual. Bidang ini biasanya masuk di antara ranah kerja PSDM, luar negeri, dan juga dapat terpisah agar lebih fokus.


Sampai disitu? Tidak. Masih ada kesekretariatan, kebendaharaan dan juga bidang yang menangani internal anggota. Meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan masyarakat umum, namun keberadaannya sangatlah sentral dalam lembaga. Ilmu keadministrasian, manajemen keuangan maupun anggota juga ditawarkan disana.


Dari pemaparan di atas, sudah jelas bagaimana fungsi DEMA mulai dari melayani mahasiswa, menyuarakan kepentingan rakyat, mengabdi kepada masyarakat, juga sekadar menyalurkan minat dan bakat mahasiswa. Jika aksi seakan-akan sudah mendarah daging dengan DEMA, sesungguhnya hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari kegiatan DEMA itu sendiri.


Sudah seharusnya kita menghargai keputusan seorang mahasiswa untuk memilih DEMA sebagai tempat untuk berorganisasi. Karena tentunya mereka memiliki tujuan yang berbeda-beda. Seperti layaknya mahasiswa yang mengikuti organisasi minat bakat. Mahasiswa yang hobi mendaki gunung akan memilih organisasi Mahasiswa Pecinta Alam. Mahasiswa yang pintar bernyanyi akan memilih organisasi yang berhubungan dengan bidang tarik suara. Sama halnya dengan mahasiswa yang peduli terhadap sesama, mungkin akan memilih DEMA sebagai tempatnya ‘berekspresi’. Jadi ubahlah pandangan terhadap orang-orang yang ada di DEMA, mereka tidak jauh berbeda dengan mahasiswa lain. Adalah oknum-oknum berpemikiran sempit yang membuatgap di antara keduanya.


Oknum-oknum berpemikiran sempit menyebut DEMA musuh abadi, padahal setiap kabinet berbeda karakter dan kepengurusan. Orang yang sinis akan mengatakan demonstrasi “gak ada kerjaan”, tapi siapa yang sesungguhnya tidak ada kerjaan? Orang pragmatis akan berfikir kegiatan DEMA tidak penting, namun apa yang sudah dilakukannya untuk mewujudkan cita-cita bangsa ini?


Terlepas dari semua itu, keberjalanan sebuah Dewan Eksekutif Mahasiswa haruslah murni berangkat dari suara-suara rakyat yang tertindas, kaum-kaum yang menginginkan keadilan, dan juga tekat tulus untuk perubahan. Jika sudah disortir oleh kepentingan-kepentingan oknum maupun organisasi tertentu, maka DEMA tidak lebih dari sebuah boneka yang dijadikan alat untuk menguntungkan kelompok tertentu.
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), apa yang anda pikirkan ketika pertama kali mendengar namanya? Secara garis besar DEMA ialah lembaga kemahasiswaan yang menjalankan organisasi serupa pemerintahan (lembaga eksekutif). Dipimpin oleh ketua atau presiden DEMA yang dipilih melalui pemilu mahasiswa setiap tahunnya.

1 komentar: